Hello Ghost (The Review)

Beberapa review yang gw baca tentang film Hello Ghost ini kebanyakan bilang kita akan dibuat nangis di akhir film setelah ketawa di awalnya. Karena gw bukan penyuka film drama termasuk Korea (karena rata-rata aktornya berwajah “cantik”) tapi karena diajak dan katanya juga lucu jadi ya..bolehlah.

Hello Ghost bercerita tentang Kang Sang Man yang hidup sebatang kara, kesepian dan merasa dirinya tak berguna. Beberapa kali mencoba bunuh diri gagal terus, suatu hari dalam usaha percobaan bunuh diri yang kesekian kalinya Sang Man nyaris meninggal. Setelah kejadian itu ia lalu punya kemampuan untuk melihat arwah. Ia bertemu empat arwah yang terus mengikutinya: arwah lelaki gendut yang perokok berat, arwah kakek tua genit, arwah perempuan yang selalu menangis dan arwah anak kecil yang nakal. Menurut dukun yang ditemui Sang Man, ia tak bisa mati kalau arwah-arwah tersebut masih mengikutinya, untuk mengusir mereka ia harus membantu para arwah melaksanakan permintaan mereka.

Sang Man yang ingin sekali mati mau tak mau membantu para arwah tersebut, si kakek genit ingin mengembalikan kamera seseorang yang ia pinjam yang saat itu dimiliki oleh seorang polisi. Lelaki gendut perokok ingin mengendarai mobil tua lamanya dan berenang di laut. Si anak kecil yang nakal ingin menonton film animasi di bioskop dan si perempuan yang selalu menangis ingin memasak dan makan malam bersama orang-orang yang ia sayangi.

Dalam menjalankan misinya, Sang Man bertemu dengan Jung Yun Soo, seorang perawat di sebuah rumah sakit. Latar belakang tentang keluarga masing-masing antara Sang Man dan Yun Soo sedikit menohok, Yun Soo yang membenci ayahnya yang sedang sekarat dan Sang Man yang merindukan sebuah keluarga.

Film ini juga menyelipkan beberapa adegan “komedi hitam” yang penuh ironi. Misalnya adegan ketika polisi sungai lagi sibuk menyelamatkan orang-orang yang terjun dari jembatan untuk bunuh diri, baru korban yang satu diselamatkan ke perahu, terdengar suara ceburan lagi orang lain yang juga bunuh diri, menggambarkan sebagaimana yang sering diberitakan (terutama akhir-akhir ini) bahwa kasus bunuh diri di Korea semakin meningkat.

Atau adegan salah satu lelaki yang ditemui Sang Man saat menjalankan permintaan lelaki gendut perokok yang ingin memiliki kembali mobilnya. Lelaki yang juga perokok berat tersebut punya istri yang sedang hamil dan mengidap kanker paru-paru akibat terpapar suaminya yang perokok berat. Istrinya mengalami dilema kalau ia menjalankan terapi kanker, bayinya mungkin nggak selamat, akhirnya sang istri memilih untuk nggak menjalankan terapi, ia memilih dirinya yang mati perlahan karena kanker demi menyelamatkan bayinya, dan bagi si suami yang ada tinggal penyesalan.

Secara keseluruhan yang gw tangkep dari film ini adalah tentang “hidup dalam kehidupan”, it’s a charming and funny movie. Gw nggak tahu siapa itu Tae Hyun Cha (as known played in My Sassy Girl), tapi mesti gw akui aktingnya bagus ketika dia jadi “orang lain” karena badannya dipake sama arwah-arwah yang minta dibantu.

Dan air mata gw mengalir (yang gw yakin banyak orang yang nangis nonton bagian ini hahaha :D) sewaktu adegan dimana ternyata Sang Man selama ini mengalami “hilang ingatan” akibat terlalu syok. Bahwa ternyata arwah-arwah tersebut adalah keluarganya sendiri, flash back kenangan menyakitkan tentang kecelakaan yang merenggut semua nyawa keluarganya dan meninggalkan dia sebagai satu-satunya yang selamat.

It’s a fresh movie, thx Blitz karena nggak cuma nayangin film-film Hollywood yang selalu menyuguhkan alur “heroik” yang gampang ketebak. Ini adalah film kedua setelah 3 Idiots yang bikin gw ketawa dan nangis pada saat yang bersamaan 😀

Pasta: Seni di Atas Piring dan Chef Temperamental

Perlu gw akui bahwa demam K-Pop dengan band-band vokal keroyokan asal negeri ginseng tersebut sangat mengganggu dan sebelum itu sinetron Korea Boys Before Flowers jauh lebih mengganggu lagi. Aktor-aktor berpenampilan flamboyan, alur-alur cerita yang sama nggak mungkinnya kaya sinetron-sinetron murahan Indonesia..eeww…

Tapi..gw akui lagi kalo nggak semuanya seperti itu, beberapa waktu terakhir gw lumayan suka nonton serial Korea, selain episodenya sedikit (kecuali Cruel Temptation, sinetron kita banget, bedanya gw masih nangkep ada sisipan pesan moral disitu) jadi gw agak pilih-pilih juga nontonnya.

Salah satunya serial 20 episode yang sukses bikin beli DVDnya setelah nonton di stasiun swasta nasional: Pasta.

Pasta bercerita tentang Seo Yoo Kyeong, gadis muda yang bekerja sebagai asisten dapur di sebuah restoran Italia di Korea, La Sfera. Setelah tiga tahun jadi asisten dapur, suatu hari akhirnya Yoo Kyeong diperbolehkan pegang wajan dan resmi jadi salah satu koki disana. Tapi rupanya hari yang ia tunggu-tunggu untuk mulai membuat pasta adalah hari dimana La Sfera mempekerjakan seorang kepala dapur baru setelah memecat kepala dapur lama, Chef Totti, yang langsung dipulangkan ke Italia.

Kepala dapur baru itu bernama Choi Hyeon Wook, seorang Chef lulusan sekolah kuliner Italia yang temperamental dan benci koki wanita, prinsipnya adalah “Tidak boleh ada wanita di dapurku”. Ternyata di masa lalunya, Chef pernah dikecewakan oleh pacarnya yang seorang Chef juga sekaligus partnernya ketika masih di Italia yang kemudian kembali ke Korea menjadi seorang “celebrity chef”, Oh Se Yeong. Se Yeong pernah berbuat curang padanya untuk sebuah kemenangan dalam kompetisi Chef di Italia.

Adegan pertemuan awal mereka menurut gw agak basi, karena Yoo Kyeong dan Chef (panggilan Choi Hyeon Wook di sepanjang serial) bertemu tak sengaja di penyebrangan jalan, dan pertemuan keduanya waktu Chef diperkenalkan sebagai kepala dapur baru di tempat kerjanya.

Di minggu pertama Chef bekerja ia langsung memecat semua koki perempuan di La Sfera, termasuk Yoo Kyeong dan menggantinya dengan tiga koki lulusan sekolah kuliner Italia (yang merupakan murid setia Chef) dan merupakan awal pecahnya tim dapur menjadi dua kelompok: koki lokal (kelompok Korea) dan koki lulusan Italia (kelompok Italia).

Tidak terima karena ia baru saja menjadi koki, Yoo Kyeong selalu kembali ke La Sfera meskipun sudah ditendang berkali-kali sampai akhirnya ia mengungkap sebuah alasan yang cukup emosional kenapa ia ngotot ingin tetap bekerja di La Sfera. Impian Yoo Kyeong adalah menjadi koki pasta demi mendiang ibunya.

Suatu hari tak ada lagi kesempatan untuk Yoo Kyeong kembali ke La Sfera karena ia nekat bertaruh bahwa pastanya lebih disukai seorang pelanggan setia yang selalu memintanya untuk dibuatkan pasta. Yoo Kyeong kalah karena pasta buatan Chef jauh lebih sempurna. Ia benar-benar dipecat di depan pelanggan setianya, Kim San, yang ternyata menyimpan banyak rahasia.

Kim San adalah pemilik sebenarnya La Sfera, sekaligus pengagum rahasia Yoo Kyeong yang selalu mengirimkan gambar kaktus berbunga yang ditempel di kamar ganti koki. Merasa bersalah, Kim San menyuruh direktur Seol (direktur La Sfera) untuk membuka kesempatan bagi siapa saja yang ingin mengikuti audisi untuk mengisi posisi Yoo Kyeong.

Demi ingin kembali ke La Sfera, Yoo Kyeong berlatih keras membuat pasta yang sempurna dan mengikuti audisi tersebut. Karena itu adalah “audisi buta” (semua hidangan peserta akan dicicipi oleh Chef sendiri selaku juri tunggal tapi dengan mata tertutup lalu memilih siapa orang berdasarkan hidangannya) pasta buatan Yoo Kyeong disetujui oleh Chef dan akhirnya ia kembali lagi ke La Sfera.

Tapi tentu saja, Chef perfeksionis namun temperamental yang hobi meneriaki anak buahnya dan sempat nyaris menghajar Yoo Kyeong lama-lama jatuh cinta pada koki juniornya itu.

20 episode, konsep ceritanya sebetulnya sederhana aja (namun lumayan mengena), tentang persaingan karyawan lokal dan lulusan luar negeri, kenapa hubungan cinta di tempat kerja kadang agak rumit, dan semacamnya tapi yang paling gw suka dari serial ini adalah..nggak lain dan nggak bukan..ada begitu banyak proses memasak disini hahahaha 😀 karena hampir setiap adegan ada di dapur, Master Chef Indonesia kalah deh stok gambar proses masaknya! Dan makanan-makanan itu…uh, menggugah selera banget, apalagi kalo lihat mereka udah mulai menghias piring dengan makanan, udah kaya penata rias lagi ngerias muka orang hehehe…it’s art on a plate 😀

Karena gw bukan koki tapi gw menyukai makanan, ada penjelasan-penjelasan ringan tentang hidangan di serial ini, seperti ada adegan dua orang kritikus makanan dateng ke La Sfera pesen steak tapi minta dibakar dengan kematangan cuma 10% saja, karena katanya dengan begitu bisa tahu daging yang disajikan berkualitas tinggai atau nggak, yah hal-hal semacam itulah…hehehehe 😀

Frase yang terkenal dari serial ini adalah “Ya, Chef!”, alasan lain kenapa gw suka serial ini adalah…gw selalu suka karakter laki-laki temperamental, meski begitu pria temperamental namun seksi dan ga pake acara pukul cewek cuma ada di cerita-cerita seperti ini, kalo di kehidupan yang sebenarnya gw sangat bersyukur dapet laki-laki kaya suami gw hahahaha 😀

Senandung Curhat

Belum lama ini, gw pernah nganterin laki gw dari Pasar Minggu ke sebuah bengkel gitar di daerah Rawamangun untuk mereparasi gitar. Karena waktu itu kebetulan gw lagi bawa tas gede dan menampakkan wajah yang mulai bete, laki gw rumangsani (tahu diri) untuk nggak nyuruh gw menyandang gitar yang mau diperbaiki. Tapi karena gw orang yang baik hatinya (dan lembut suaranya *wink wink*) dengan nada bete yang ditekan, menawarkan diri supaya gitar itu gw yang bawa. Laki gw bilang nggak usah lalu menyandang gitar tersebut di bagian depan badannya. Yang tadinya cuma bete malah berubah jadi kesel liat laki gw, dengan posisi gitar disandang di dada dan dia bawa motor pikir gw pastinya bakal ganggu dia berkendara dong? Tapi doi bersikeras dengan caranya disertai alasan “Dulu aku band-band-an kemana-mana ya bawanya begini”. Yeah rite.

Tapi setelah gw lihat gambar sampul komik ini, baru gw percaya kalo itu adalah posisi-ribet-yang-dapat-diterima. Oh ya, dan isi komik ini juga termasuk penjelasan-dan atau-curhat-jauh-dari-lubuk-hati-paling-tulus-dari-anak-band.

Sebenernya ni komik rilis udah lama, sekitar beberapa bulan yang lalu cuma di toko buku deket rumah stoknya abis dan pas kebetulan jalan-jalan ke Gramedia Matraman ternyata masih ada (hasil frustasi nggak kebeli buku tebal Babad Tanah Jawi yang ternyata mahal harganya dan kini hanya bisa memasukkannya ke dalam wish list berharap ada seorang baik hati yang membelikan untuk gw..hikz…).

What can I say bout this book? Duet personel band The Rain, Indra Prasta dan Aang Anggoro yang mengumpulkan curhat demi curhat mereka ke dalam sebuah komik. Yang jelas, memiliki keidentikan fakta-fakta yang sering diceritain laki gw tentang dunia anak band dengan cara yang lucu, ngena, ada bagian yang cukup “menonjok” tapi juga nggak menghakimi orang-orang yang seringkali berpandangan sinis terhadap band-band Indonesia. Kekurangan buku ini cuma satu: KURANG BANYAK ceritanya hehehehehe… 😀

Ada satu bagian yang bikin gw tiba-tiba ketawa, scene saat konser dimana apapun band yang lagi tampil di panggung itu, “bendera kupu-kupu” selalu ada 😀

Sebetulnya kalo ada kesempatan komik ini ada sekuelnya gw ngarep lebih banyak joke yang lebih..mmm…agak sedikit tajem kali ya, biar ketawanya lebih mantep hehehe…

Komik ini cukup aman untuk dibaca oleh siapa aja, berbagai kalangan dan usia, baik anak band atau bukan, tidak mengandung SARA (hoho) ataupun kata-kata makian (dibuktikan dengan tidak ditempelnya label Parental Advisory di sampul mukanya ehehe..), ringan dibawa kemana-mana (enteng sih), okelah untuk nemenin santai di waktu senggang saat tanggal tua, bokek dan lagi ga bisa kemana-mana 😀

Seperti yang pernah gw bilang di postingan yang lalu tentang anak band, umumnya mereka sama seperti kita dalam berusaha, bekerja dan mencapai cita-cita. Kadang nggak se-glamor yang terlihat, persaingan tajam dalam industri yang cukup kejam. Mungkin dengan penjelasan dalam buku tipis ini bisa membuat kita untuk nggak terlalu sinis dalam memandang mereka dan yang pasti lebih menghargai karya bangsa sendiri (look who’s talking now…) 😀